Percakapan singkat kedua siswa sekitar tiga bulan lalu,
"Cuaca ini sangat mendukung untuk belajar hidrolisis garam, inilah yang membedakan kimia dengan pelajaran lainnya. Langit pun menyambut kehadirannya".
85 menit kemudian.
"Jadi, PH larutan garam tersebut adalah 4,98" Penjelasan akhir guru kimia.
"Cuaca ini sangat mendukung untuk belajar hidrolisis garam, inilah yang membedakan kimia dengan pelajaran lainnya. Langit pun menyambut kehadirannya".
85 menit kemudian.
"Jadi, PH larutan garam tersebut adalah 4,98" Penjelasan akhir guru kimia.
Disusul,
"Hari sabtu penilaian harian tentang Hidrolisis Garam secara lisan, siapkan diri, belajar. Sebelum penilaian harian dimulai, tugas harus dikumpulkan"
Ujian atau ulangan atau penilaian adalah yang paling ditunggu selama masa pandemi ini. Mempelajari sesuatu dengan sangat mendalam sampai kepada bagian terkecilnya dengan tantangan waktu dan situasi, itu yang membuat ujian sangat istimewa. Atmosphere ujian yang sangat memacu semangat para siswa untuk bersaing. Ini sebagai motivasi. Persaingan menjadi hal yang unik dari belajar. Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari persaingan yaitu, banyak orang yang ingin berhasil, tapi hanya beberapa darinya yang mau bekerja keras. Semuanya aktif di dalam kelas, masing-masing mengandalkan ilmu yang dimiliki.
Sebelum #stayathome diberlakukan, belajar kelompok untuk menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah menjadi langganan di setiap minggunya. Battle Math menjadi salah satu kegiatan untuk mengasah logika berpikir secara langsung.
Namun sejak Corona bertamu, banyak yang berbeda dalam hidup ini. Satu diantaranya belajar secara daring. Tapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan dan tidak seefektif di sekolah. Siswa tidak difasilitasi dengan peralatan yang dibutuhkan dan masalah jaringan yang tidak dapat diakses oleh beberapa siswa. Tidak semua siswa mempunyai standar ekonomi yang sama untuk menjangkau semua keperluan itu dan tidak semua siswa tinggal di daerah yang terdapat layanan internetnya. Seringkali masalah seperti ini menjadi hambatan untuk memperoleh ilmu.
Selain itu, saat semua kegiatan penting dilaksanakan di rumah, pasti punya kendala. Tidak konsisten dengan waktu itu masalah besarnya. Berbeda halnya dengan beberapa bulan sebelum masa pandemi ini, semua kegiatan terjadwal dengan rapi. Kapan pergi, istirahat, lalu pulang. Namun seketika semua berubah. Bangun tidur sudah tidak terkontrol, mengubah jadwal yang telah dibuat. 6 dari 10 siswa berpikir untuk merancang kegiatan yang produktif. Namun seringkali pengendalian waktu tidak sesuai dengan ekspektasi.
Penantian dua bulan lebih kapan hendaknya kembali ke sekolah sering digantungkan.
Hanya menunggu langkah selanjutnya dari pemerintah terutama Kemdikbud terkait belajar di rumah dengan metode yang cerdik dan dalam pelaksanaannya dapat mencakup semua siswa di seluruh Indonesia saat berada dalam masa pandemi Covid-19 yang belum bisa dipastikan kapan berakhirnya.
Semoga tamu Covid-19 segera pulang dan segala kegiatan dapat kembali ke posisi sebelumnya. Aamiin.
NAT
Comments
Post a Comment